PROYEK EPCC vs KONVENSIONAL


ANALISIS RENCANA ANGGARAN BIAYA PROYEK ENGINEERING, PROCUREMENT, CONSTRUCTION & COMMISIONING (EPCC) v.s. ESTIMASI DETAIL
(Studi Kasus pada Pekerjaan Sipil suatu Proyek Pembangunan Water Treatment Plant dengan EPCC)

1      pendahuluan

1.1     Latar Belakang

Dalam proses penyelenggaraannya proyek di Indonesia memiliki berbagai jenis kontrak yang dipakai sebagai dokumen perjanjiannya. Dalam setiap jenis kontrak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Di Indonesia kontrak jenis konvensional (design-bid-build), rancang bangun (design-build), BOT (build, operate, transfer) sudah sering dijumpai. Menurut Hardianto (2011) tahun 2000-an kontrak EPC (Engineering, Construction, Procurement) sudah mulai dikenal namun belum diketahui oleh masyarakat umum. Hal ini karena kontrak EPC banyak digunakan pada proyek yang bersifat kompleks yaitu untuk pembangunan industri seperti pembangunan pembangkit tenaga listrik, industri minyak dan gas, pertambangan, bangunan pabrik, dan bangunan industri lainnya. Proyek dengan kontrak EPC di tanah air terus menunjukkan pertumbuhan signifkan dari tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 2014 mencapai kisaran Rp 407 triliun, EPC di Indonesia diperkirakan meningkat 10-12 % mencapai kisaran Rp 487 triliun pada tahun 2015 dan terus akan mengalami peningkatan (PT Wijayakarya, 2015). 

Pada suatu proyek, estimasi biaya menjadi hal yang pertama dan penting dilakukan untuk mengetahui nilai suatu proyek tersebut.  Menurut Amos (2012) menjelaskan bahwa kegiatan estimasi biaya adalah proses perkiraan yang digunakan untuk mengukur, menghitung pengeluaran, dan harga dari sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu kegiatan investasi, aktivitas, atau proyek. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dituntut cepat dan memiliki nilai kewajaran tertentu, dimana nilai suatu RAB bersifat perkiraan sehingga dapat kurang atau lebih. Bentuk RAB proyek EPC berbeda dengan RAB proyek konvensiaonal. Pada proyek EPC perhitungan biaya dilakukan dengan metode konseptual berupa perkiraan keseluruhan. RAB proyek EPC dikemas dalam bentuk paket pekerjaan lumpsum dengan ls atau lot sebagai satuannya tanpa dilakukan perhitungan volume secara terperinci, sehingga pada pelaksanaanya proyek dapat mengalami deviasi biaya dari RAB dan actual costnya yang dapat menguntungkan atau merugikan pihak-pihaktertentu. Hal tersebut menjadi kelemahan dari RAB proyek EPC dibandingkan dengan proyek yang dihitung dengan estimasi detail.

Penelitian ini akan mengkaji penghitungan biaya dalam suatu proyek konstruksi EPC untuk mengetahui bagaimana cara perhitungan biayanya dan permasalahannya. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih baik tentang perhitungan biaya dalam proyek EPC dan menghindari masalah-masalah yang timbul pada proyek EPC yang akan datang. Juga melakukan perhitungan kembali dengan estimasi detail untuk mendapatkan selisih atau perbedaan biaya pekejaan-pekerjaan proyek.

1.2     Rumusan Masalah

Estimasi konseptual memberikan risiko kesalahan yang lebih besar dari estimasi detil, oleh karena itu penelitian ini akan mempelajari bagaimana cara perhitungan biaya proyek EPC dan seberapa besar perbedaan hasil hitungannya dibandingkan dengan cara estimasi detil.

1.3    Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi baik dari kalangan penyelenggara jasa konstruksi, pemerintah, dan yang lainnya. Dengan adanya perhitungan kembali RAB proyek kontrak EPC dengan menggunakan estimasi detail ini diharapkan menjadi pengetahuan untuk pelaksanaan proyek konstruksi EPC berikutnya yang serupa. Selain itu bagi kontraktor dapat memberikan gambaran metode konseptual yang lebih tepat untuk melakukan estimasi biaya proyek pada pekerjaan sipil di suatu proyek konstruksi yang sejenis. Sehingga diharapkan estimasi biaya pada proyek konstruksi bisa lebih akurat dan optimal.

2      Tinjauan Pustaka

2.1     Proyek Konstruksi

Proyek adalah sebuah usaha sementara atau temporary yang dilakukan untuk menciptakan suatu produk, servis, atau hasil yang unik. Temporary berarti proyek memiliki waktu mulai dan akhir yang jelas ketika suatu proyek dilakukan, sedangkan produk yang unik, servis atau hasil yang dimaksud adalah produk yang dihasilkan dapat dihitung dari awal sampai selesainya proyek, merupakan suatu pelayanan pubik, dan hasil yang berupa dokumen-dokumen proyek dapat digunakan sebagai pengetahuan masyarakat. Keunikan proyek merupakan karakter penting produk proyek, setiap proyek memiliki tujuan dan fasilitas yang berbeda (PMBOK 2004). Menurut Widiasanti & Lenggogeni (2013) proyek dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu konstruksi gedung, konstruksi teknik, dan konstruksi industri.

2.2     Proses Proyek Konstruksi

Hermanto & Kristiyani (2006) menjelaskan secara umum proyek konstruksi terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perencanaan (planning dan design), tahap pelaksanaan (procurement dan construction), dan tahap pemeliharaan (start up, training, dan maintenance). Dalam tahap pemanfaatan dapat dikelompokkan menjadi dua tahap yaitu tahap pemanfaatan (operation dan maintenance) dan tahap pemusnahan (demolition).

2.3     Unsur-unsur Proyek Konstruksi

Djojowirono (2005) menjelaskan unsur-unsur proyek terdiri atas:
a.       Pemberi Tugas/Principal (Owner, Employer, Client, Bouwheer) . Adalah orang atau badan yang menyuruh melakukan pekerjaan pembangunan dan memeberikan modal atau biaya pekerjaan. Pemberi tugas dapat berupa perorangan dan badan/instansi/lembaga pemerintah atau swasta.
b.       Perencana (Designer, Architect). Adalah orang/badan yang membuat detail perencanaan dari suatu pekerjaanbangunan. Perencana dapat berupa perseorangan yang berbadan hokum atau badan hokum yang bergerak di bidang perencanaan.
c.       Kontraktor/pemborong (Contractor). Kontraktor adalah orang atau badan hokum yang menerima pekerjaan dan melakukan pekerjaan bangunan sesuai biaya yang tersedia sesuai dengan syarat-syarat yang disepakati.

2.4     Penyelenggaraan Proyek Konstruksi

Yasin (2006) kontrak konstruksi dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi perhitungan biaya, perhitungan jasa, cara pembayaran, dan pembagian tugas. Adapun gambaran bentuk kontrak kosntruksi dapat dilihat pada Gambar 1 Bentuk Kontak Konstruksi.

 Gambar 1 Bentuk Kontrak Konstruksi (Yasin, 2006).
Hardianto (2011) menyatakan bahwa proyek EPC merupakan jenis proyek yang lebih komplek daripada proyek konstruksi biasanya. Pada era 1990-an pemisahan unsur-unsur proyek yaitu kontraktor, konsultan dan pengawas sangat ketat. Dan semakin berkembangnya zaman untuk menghemat waktu dan biaya, muncul perusahan yang menawarkan design and build hal ini akan memotong birokrasi perencana dan kontraktor. Pada tahun 2000-an marak sekali proyek pertambangan dan sejenisnya sehingga design and build ini ditambah dengan permintaan penyediaan bahan atau alat tertentu untuk proyek kemudian metode ini dikenal dengan EPC. Pada umumnya kontrak design-build lebih banyak diterapkan pada proyek pembangunan gedung sedangkan kontrak EPC lebih banyak diterapkan dalam proyek-proyek infrastruktur yang lebih menekankan pada aspek operasional sistem infrastruktur. Metamorfosa EPC tidak hanya dilakukan oleh kontaktor namun konsultan juga. EPC atau Engineering, Procurement, & Construction adalah proyek konstruksi yang terdiri dari tiga tahapan yaitu perencanaan, pengadaan alat dan bahan, dan pelaksanan dengan cara pembayaran terjadwal (scheduled payment) apabila tiap tahapan tertentu telah tercapai. Penentuan nilai proyek antara klien dan perusahaan EPC bisa ditetapkan dalam tiga cara, yaitu dengan nilai proyek tetap (lump sum), nilai proyek dengan ditambah honor kontraktor EPC (cost plus fee), dan nilai proyek dengan konsep yang disesuaikan dengan perkembangan harga (reimburse). Untuk nilai kontrak yang menggunakan sistem lumps sum harga proyek tidak dapt berubah dan harus dilakukan dengan segala konsekuensi ditanggung oleh kontraktor.

2.5     Perhitungan Anggaran Biaya

Soeharto (1990) menerangkan bahwa salah satu unsur proyek konstruksi yang paling penting adalah perhitungan rencana anggaran biaya, keuntungan finansial yang akan diperoleh kontraktor ataupun pemilik tergantung terutama kepada seberapa jauh kecakapannya dalam menentukan anggaran biaya proyek.

Menurut Liska & Schuette (1994) terdapat beberapa cara menghitung anggaran biaya diantaranya:
Feasibility Estimate adalah estimasi yang dilakukan pada tahap awal studi kelayakan proyek, sehingga gambar proyek belum detail. Tujuan estimasi ini adalah untuk menentukan apakah proyek akan dikerjakan atau tidak. Pada tahap ini kesalah nilai estimasi besar kemungkinan terjadi.
Conceptual Estimate adalah suatu estimasi yang lahir dari pemikiran yang berupa hitungan kasar. Adapun macam-macam estimasi ini adalah:

1)         Functional Unit Price Estimate

Estimasi jenis ini didasarkan pada fungsi bangunan proyek, misalkan untuk gedung sekolah menggunkan harga perkiraan Rp/siswa.

2)         Unit Cost Per Square Foot Estimate

Estimasi jenis ini banyak digunakan pada tahap awal proyek. Di Indonesia digunakan perkiraan harga proyek dengan nilai yang dinyatakan dalam Rp/m2, dimana nilai taksiran tersebut bergantung terhadap jenis bangunan proyek dan lokasi proyek.

3)         Unit Cost Per Cubic Foot Estimate

Estimasi ini biasanya digunakan untuk bangunan yang fungsi volumenya berpengaruh terhadap nilai proyek seperti pada bangunan gudang dan pabrik (Rp/m3).
Detail Estimate
Estimasi ini dilakukan dengan melakukan perhitungan volume detail pekerjaan berdasarkan gambar dan spesifikasi yang lengkap. Dalam penelitian ini, penyusunan RAB proyek EPC menggunakan cara conceptual estimate dengan leassons learned. Karena dalam mengestimasi biaya proyeknya pihak kontraktor utama menghitung RAB berdasarkan pengalaman dan data histori proyek sebelumnya yang hampir sama.

3      Landasan Teori

3.1     Anggaran Biaya

Biaya atau cost adalah semua jumlah pengorbanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan yang diukur dan dinyatakan dalam nilai uang (Giatman, 2011). Sedangkan menurut PMBOK (2004) menjelaskan bahwa penganggaran atau estimasi biaya adalah suatu proses perkiraan sumber keuangan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Pada dasarnya pembuatan rencana anggaran biaya adalah bagian terpenting dari suatu kesuksesan proyek (Mukomoko, 1994). Oleh sebab itu perencanaan anggaran biaya sangatlah penting dilakukan secara tepat agar suatu proyek dapat terlaksana dengan baik.

3.2     Estimasi Biaya Konseptual

Menurut Schexnayder & Mayo (2003) menerangkan estimasi biaya konseptual dapat didefinisikan suatu estimasi biaya yang dilakukan sebelum sejumlah informasi yang signifikan terkumpul dari detail design dengan lingkup pekerjaan belum ter-breakdown secara lengkap atau jumlah informasi paling sedikit, maka estimasi dilakukan berdasarkan pada pengalaman mengenai proyek-proyek setipe sebelumnya. Oleh karena itu sangatlah penting data dan informasi dari dokumen proyek masa lalu. Estimasi konseptual bersifat tidak pasti, informasi terbatas, dan krusial. Keakurasian estimasi konseptual adalah 15-25%

Pada proyek EPC tidak adanya pihak perencana dan owner hanya memberikan gambaran umum serta spesifikasi bangunan tertentu, sehingga harga pekerjaan diestimasi menggunakan estimasi konseptual dengan pertimbangan data histori dari proyek-proyek sebelumnya yang memiliki tipe yang sama.

3.3     Estimasi Biaya Detail

Estimasi biaya detail adalah perhitungan anggaran biaya dengan menghitung volume pekerjaa secara detail dan rinci terhadap seluruh komponen pekerjaan. RAB yang dihitung secara detail adalah RAB yang dihitung sesuai dengan SNI. Langkah-langkah dalam melakukan estimasi detail:
Work Breakdown Structure (WBS)
Work Breakdown Structure adalah aktivitas yang dilakukan untuk pengorganisasian pekerjaan dengan mem-breakdown atau memecah setiap proses pekerjaan menjadi aktivitas-aktivitas yang tidak dapat diuraikan lagi atau dianggap cukup mengikuti pola tertentu, sehingga perencanaan proyek menjadi lebih detail. Setiap proyek memiliki metode yang berbeda-beda dalam melakukan WBS. WBS tersebut disusun berdasarkan gambar-gambar dan spesifikasi proyek. Penguraian pekerjaan dilakukan dengan membuat daftar aktivitas pekerjaan yang bersifat top down dan menjelaskan secara terperinci komponen-komponen pekerjaan yang akan dilakukan agar tetap berorientasi pada tujuan proyek Pembuatan WBS akan menjadi dasar dari suatu perencanaan proyek karena memberikan daftar pekerjaan yang akan diselesaikan, memberikan pola dasar dalam proses estimasi biaya, dan menjadi dasar scheduling dan resource allocation.
Perhitungan Volume Pekerjaan
Volume suatu pekerjaan adalah menghitung banyaknya volume pekerjaan dalam satu satuan (seperti: m, kg, m2, m3). Volume pekerjaan dihitung berdsarkan gambar perencanaan.
Harga Satuan
Harga satuan meliputi harga satuan bahan dan harga satuan upah tenaga kerja. Bahan bangunan atau material dan upah tenaga kerja disebut dengan harga sumber daya. Harga bahan dan upah nantinya akan dianalisis dalam satuan tertentu sesuai jenis pekerjaan yang dihitung yang disebut dengan analisa harga satuan pekerjaan. Harga sumber daya tidak memerlukan analisis karena sumber harga satuan bahan dan upah dapat diketahui dari pasaran, tempat atau lokasi pekerjaan. Setiap daerah akan memiliki standart sendiri terhadap harga satuan sumber daya.
Harga Satuan Pekerjaan (HSP)
Harga Satuan Pekerjaan adalah analaisis perhitungan dari bahan dan upah tenaga kerja terhadap volume pekerjaan tertentu. Harga bahan didapat dipasaran, dikumppulkan dalam daftar harga satuan bahan sesaui dengan lokasi pekerjaan. Sedangkan untuk kota tertentu terdapat analisis harga satuan dibuat dalam suatu daftar yang disebut Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK).
HSP = Harga Bahan + Harga Upah

Untuk menghitung anggaran biaya secara detail SNI yang digunakan adalah SNI Analisa Biaya Konstruksi (ABK) yang diterbitkan oleh Badann Standarisasi Nasional (BSN) tahun 2008. Berdasarkan SNI biaya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Biaya Pekerjaan = Volume x Harga Satuan Pekerjaan

 Sedangkan jumlah seluruh biaya proyek atau RAB dapat dihitung dengan persamaan:
Adapun langkah-langkah penelitian ini ditunjukan dalam bagan alir di bawah ini.
RAB = Σ Biaya Pekerjaan = Σ (Volume x Harga Satuan Pekerjaan)

Harga Satuan Pokok Kegiatan
LPSE Pemerintah Kota Surabaya (2009) menerangkan bahwa Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) adalah daftra harga setiap pekerjaan yang terdiri dari berbagai komponen dengan nilai koefisien yang berdasarkan atas perhitungan Standart Nasional Indonesia (SNI) dengan nilai koefisien atau indeks disesuaikan metode pelaksanaan yang diterapkan. Koefisien yang ada dalam HSPK dapat berubah dan tidak bersifat mutlak serta bukan menjadi acuan utama dalam pembuatan Engineer Estimate (EE) karena disesuaikan dengan metode yang akan digunakan oleh tiap perencana. Dalam melakukan perhitungan detail, analisis harga satuan pekerjaan menggunakan HSPK Kota Surabaya Tahun 2014.

4      METODE PENELITIAN

4.1     Pendahuluan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi RAB proyek EPC dengan menghitung ulang RAB menggunakan metode estimasi detail. Penelitian dilakukan dengan studi kasus dari RAB kontraktor pada pekerjaan sipil sebuah proyek pembangunan Water Treatment Plant (WTP). Berdasarkan dokumen RAB tersebut dilakukan perbandingan harga tiap pekerjaan dan total nilai proyek dengan RAB yang disusun menggunakan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) sebagai estimasi detail.

4.2     Studi Kasus

Penelitian ini menggunakan studi kasus pekerjaan sipil pada pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) atau Water Treatment Plan (WTP) dengan kontrak kerja EPC dengan nilai total pekerjaan sipil sebesar Rp 40.014.249.845. Secara umum gambaran bangunan ini merupakan instalasi pengolahan air bersih dengan kapasitas 3000 m3 yang terdiri dari 25 komponen bangunan WTP yang dilakukan dari tahun 2014 sampai tahun 2015.

4.3     Langkah-langkah


a.       Rencana Anggran Biaya (RAB ) Proyek. Pekerjaan Sipil pada bangunan WTP ditetapkan sebagai studi kasus penelitian ini. RAB yang digunakan untuk analisa nantinya merupakan dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari Proyek dalam studi kasus. RAB ini merupakan RAB kontrak EPC dalam dokumennya terdapat uraian spesifikasi material, daftar pekerjaan, rekapitulasi biaya pekerjaan dan bill of quantity dalam satuan lot.
b.   Keputusan Walikota Surabaya tentang HSPK. Data harga satuan pekerjaan yang digunakan adalah daftar analisis harga satuan yang terdapat dalam Keputusan Walikota Surabaya tentang Harga Satuan Pokok Kegiatan tahun 2014.

4.3.2     Analisa dan Pembahasan

Analisa dan pembahasan yang dilakukan adalah Rekapitulasi menggunakan Microsoft Excel. Rekapitulasi RAB proyek EPC dilakukan secara rinci sesuai dokumen asli agar semua komponen ter-input sehingga jumlah keseluruhan biaya pekerjaannya dapat digunakan untuk analisis tahap selanjutnya. RAB proyek EPC terdiri dari II tahap dan volume dinyatakan dalm lot. Data HSPK Kota Surabaya 2014 terdiri dari 113 halaman lampiran perhitungan analisi harga satuan tiap pekerjaan yang akan digunakan sebagai harga satuan pekerjaan pada estimasi detail. Pekerjaan diuraikan berdasarkan komponen-komponen pekerjannya secara rinci, kemudian dilakukan perhitungan volume tiap komponen pekerjaan. Hasil kali volume dengan harga satuan yang diambil dari HSPK Kota Surabaya 2014 adalah harga pekerjaan untuk estimasi detail. Perhitungan estimasi detail kemudian dimasukkan kedalam tabel perbandingankan yang digunakan untuk menganalisis RAB proyek EPC. Dari hasil rekapitulasi RAB proyek EPC dalam studi kasus dibandingkan dengan perhitungan estimasi detail. Data dianalisis dengan Microsoft Excell sehingga diperoleh selisih dalam rupiah dan persen antara kedua RAB tersebut dan diketahui pekerjaan-pekerjaan yang dominan selisihnya terbesar. Format tabel perbandingan antara RAB proyek EPC v.s. estimasi detail dapat dilihat pada Tabel Perbandingan RAB EPC v.s. Estimasi Detail dilakukan dalam Worksheet.

5      Hasil penelitian dan pembahasan

5.1     Proyek dalam Studi Kasus

5.1.1     Lokasi Proyek

Proyek yang menjadi studi kasus adalah bangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan Kapasitas Filtered Water 3.000 m3/jam, dengan kontrak Engineering, Procurement, Construction dan Commissioning (EPCC) Water Treatment Plant (WTP). Proyek tersebut dikerjakan oleh suatu Perusahaan dan dilakukan pada tahun 2014 sampai dengan 2015 di Gresik, Jawa Timur.

5.1.2     Water Treatment Plant (WTP)

Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah sarana yang dibangun dengan fungsi sebagai bangunan pengolahan air dari sumber yang terkontaminasi menjadi air bersih sesuai standart mutu atau siap untuk dikonsumsi. Bangunan pengolah air memiliki tiga komponen pokok yaitu intake, WTP, dan reservoir. Pada proyek ini WTP terdiri atas:
Bangunan Intake
Bangunan yang digunakan untuk menangkap air dari sungai. Bangunan ini terdiri atas kosntruksi pondasi tiang, balok-balok beton, pintu air, dan pagar keliling. Bangunan ini juga dilengkapi dengan dinding penahan sampah, bar screen, serta akses maintenance.
Water Treatment Plant (WTP)
Banguna ini merupakan suatu sistem instalasi pengolahan air berupa bangunan maupun konstruksi pokok yang dapat mengolah air baku menjadi air bersih siap dikonsumsi. Bangunan ini terdiri dari:
1)         Basin Accumulation Pit dan Basin Mechanical Screen
2)         Basin Rumah Pompa
3)         Struktur untuk Shealter dan Host Crane Rumah Pompa
4)         Jalan Beton, Jembatan Penghubung Pipa, dan Saluran Utama
5)         Bangunan Clarifier dan Shelter
6)         Bangunan Media Sand Filter
7)         Bangunan Filter Water Basin atau Reservoir
8)         Bangunan Sludge Dewatering atau Sentrifuge
9)         Thickener
10)     Sludge Pit
11)     Filtrat Pit
12)     Rumah Pompa
13)     Shelter Fire Pump
14)     Backwash Pit
15)     Shelter Blower
16)     Control Room and Office
17)     Power House atau Substation
18)     Subtation PLN
19)     Rumah Trafo
20)     Clorine Storage
21)     Chemical Room
22)     Bangunan Workshop

5.2     RAB Proyek EPC

Rencana Anggaran Biaya (RAB) proyek EPC adalah dokumen yang terdiri dari data  proyek berupa nama, disiplin, dan tahap, kemudian daftar spesifikasi material dari fondasi dalam sampai dengan pekerjaan pengecatan kayu, daftar uraian pekerjaan dari tahap Engineering dan Procurement - Construction, disertai perhitungan volume pekerjaan, satuan,  mata uang, harga satuan material dan upah, hasil kali harga satuan material dan upah dengan volume setiap jenis pekerjaan, jumlah setiap tahap pekerjaan, kemudian jumlah seluruh hasil pekerjaan sebagai total harga proyek. Pada RAB tersebut pekerjaan sipil dibagi menjadi dua tahap yaitu Tahap Engineering dan tanah Procurement-Construction dengan nilai total pekerjaan sipil adalah Rp 40.014.249.845. Berikut ini Tabel 1 Rekapitulasi RAB EPC.
Tabel 1 Tahap Pekerjaan Proyek EPC
No
Pekerjaan
Total Price (Rp,- )
I
Tahapan Engineering
301.000.000
II
Tahap ProcurementConstruction

A
Pekerjaan Persiapan
1.697.237.015
B
Pekerjaan Persiapan dan Bangunan Intake ke Accr Pit
3.693.831.677
No
Pekerjaan
Total Price (Rp,- )
C
Bangunan Accumulator Pit, Rumah Pompa
4.727.427.756
D
Unit Instalasi Penjernihan Air


Relokasi Pipa Eksisting
573.710.513

Fasilitas Plant
2.060.487.327

Bangunan Air Instalasi Penjernihan Air, Rumah Pompa
22.564.609.641

Electrical Room, Control Room dan Office, Rumah Genset
2.245.855.538

Chemical Storage
1.512.070.319

Bangunan Workshop
266.967.188
E
IMB
300.845.367
F
Pekerjaan Finishing
70.207.500
Total Pekerjaan Sipil
40.014.249.845

Dari RAB EPC diketahi bahwa volume pekerjaan proyek EPC tersebut diketahui bahwa semua volume pekerjaan dihitung dalam satuan 1 lot  tanpa dilakukan perhitungan secara detail terhadap volume komponen pekerjaannya, misalkan pada pekerjaan soil investigation, CBR test, direksi kit, pengukuran, pekerjaan bowplank, pekerjaan tanah, bangunan  intake, dan pekerjaan lainnya yang juga dinyatakan dalam satuan 1 lot.  Dapat dilihat pada analisa II. B. 2 Pekerjaan bangunan intake dalam RAB EPC dihitung dalam satuan 1 lot biaya pekerjaanya adalah sebesar Rp 169.421.522 tanpa dilakukan perhitunagn volume secara detail. Perhitungan dengan cara diatas kurang teliti jika digunakan dalam melakukan estimasi biaya proyek, karena item pekerjaan tidak diurakan secara rinci. Sedangkan dari gambar kerja terdapat komponen-komponen bangunan intake yang dapat dihitung volumenya secara lebih detail. Sdangkan menurut Gambar 3 diatas bangunan intake dapat diuraikan menjadi:
1.       Pemanjangan Tiang Pancang
2.       Dasar Bak
3.       Dinding Bak
4.       Tutup Bak
5.       Akses Maintenance berupa tangga monyet
6.       Support Chainblock berupa plat
7.       Tutup Bak Intake
8.       Pagar Pelindung

5.3     Hitungan Detail

Hitungan detail adalah perhitungan rencana anggaran biaya yang dihitung secara cermat dan teliti berdasarkan syarat penyusunan rencana anggaran biaya. Perhitungan dilakukan dengan menghitung volume komponen-komponen pekerjaan berdasarkan gambar bestek dan menghitung harga satuan pekerjannnya.

5.3.1     Work Breakdown Structure (WBS)

Sebelum melakukan hitungan detail dilakukan penjabaran pekerjaan agar semua komponen terhitung keseluruhan tanpa ada yang terlewatkan. Dalam proyek studi kasus WTP untuk perhitungan detail, pekerjaan diuraikan berdasarkan komponen-komponen penyusunnya sesuai dengan gambar kerja. Pada RAB EPC diatas Pekerjaan Bangunan Intake dihitung dalam satu kesatuan tidak dilakukan pendetailan terhadap komponennya. Perhitungan detail untuk Pekerjaan Bangunan Intake dapat diuraikan menjadi Pekerjaan Pemancangan, Pekerjaan Dasar Bak, Pekerjaan Dinding Bak, Pekerjaan Tutup Bak, Pekerjaan Akses Maintenance, Support Chainblock, dan Pekerjaan Tutup Bak Intake. 

5.3.2     Perhitungan Volume Pekerjaan


Untuk dapat menyusun rencana anggaran biaya secara rinci, estimator harus menguraikan volume setiap pekerjaan sedetail mungkin sehingga semua pekerjaan telah tercakup. Perhitungan volume pekerjaan merupakan perhitungan volume rinci dari sub-sub pekerjaan yang telah diuraikan berdasarkan gambar kerja dan spesifikasi. Volume pekerjaan detail digunakan untuk menghitung rencana anggaran biaya pada proyek EPC secara detail yang akan dibandingkan dengan RAB EPC dari kontraktor. Perhitungan volume ditulis mengikuti breakdown structure yang telah dilakukan sebelumnya. Berikut contoh perhitungan volume pada pekerjaan jalan beton.


Gambar 2 Potongan Melintang Jalan.

Dari gambar diatas diketahui potongan melintang jalan beton. Misalkan akan dihitung volume pekerjan Beton K-300. Dari gambar diketahui:
Panjang jalan (p)                      = 503,8 m
Tebal jalan (t)                           = 200 mm = 0,20 m
Lebar Jalan (l)                          = 4750 mm = 4,75 m
Volume pekerjaan Beton K-300= p x l x t = 503,80 x 4,75 x 0,20= 478,60 m3

Adapun contoh perhitungan rincian volume pekerjaan tersebut ditampilkan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Contoh Perhitungan Volume Pekerjaan


Tabel 3 diatas merupakan salah satu contoh perhitungan volume pekerjaan, yaitu pekerjaan jalan beton dan bangunan Intake ke Accumulator Pit. Pada RAB EPC perhitungan volume tidak dilakukan secara rinci tetapi dalam global unit dengan satuan lot, sedangkan dalam hitungan detail volume dihitung secara rinci. Pada pekerjaan tertentu volume sudah didapatkan dari dokumen kontak seperti pada pekerjaan tanah diatas. Uraian perhitungan volume pekerjaan lain secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

5.3.3     RAB Detail

Hitungan detail adalah perhitungan anggaran biaya dengan memperhitungkan volume dari uraian pekerjaan berdasarkan gambar dan spesifikasi yang lengkap dan dikalikan dengan harga satuan pekerjaan. Seperti yang telah dijelaskan diatas, volume yang telah dihitung dikalikan dengan harga satuan pekerjaan diperoleh harga pekerjaan. Perhitungan harga secara detail dapat dilakukan dengan persamaan:
Harga Pekerjaan        = (Volume x Unit Price Material) + (Volume x Unit Price Upah)

Contohnya pada pekerjaan bowplank dengan volume 20,35 meter dari analisis harga HSPK Kota Surabaya 2014 harga satuan material pemasangan bowplank  adalah Rp 65.953 per meter sedangkan harga satuan upah pemasangan bowplank adalah Rp 21.022 per meter sehingga perhitungannya menjadi:
Harga Pekerjaan    = (20,35m x 65.953 /m) + (20,35m x 21.022/m)
= 1.342.144 + 427.798
= 1.769.941
Jadi dengan perhitungan secara detail berdasarkan HSPK Kota Surabaya 2014, harga Pekerjaan Bowplank adalah Rp 1.769.941.

5.4     Analisis RAB EPC v.s Estimasi Detail

Besarnya perbedaan antara RAB EPC dan hitungan detail ditunjukkan dari nilai selisih dalam rupiah dan nilai perbandingan dalam presentase pada beberapa pekerjaan.

Nilai selisih (Rp) adalah nilai harga pekerjaan hitungan detail dikurangi dengan harga pekerjaan dari RAB EPC. Nilai selisih dapat bernilai positif atau negatif, dimana nilai positif terjadi saat perhitungan detail lebih besar dari RAB EPC sedangkan nilai negatif berarti sebaliknya. Dari sisi owner, apabila perbandingan selisih bernilai positif maka dapat dikatakan untung karena RAB EPC nilainya lebih murah daripada detailnya. Perhitungan selisih (Rp) dilakukan dengan persamaan:
Selisih (Rp) = Harga Pekerjaan Estimasi Detail – Harga Pekerjaan EPC

Selain nilai selisih hasil analisis perbandingan RAB EPC dengan hitungan detail juga ditunjukkan dengan nilai perbandingan yaitu nilai hitungan detail dibagi dengan RAB EPC yang dinyatakan dalam %.  Perbandingan dengan nilai lebih dari 100% berarti harga pekerjaan hitungan detail lebih besar dari RAB EPC sedangkan jika persentase nilai kurang dari 100% artinya harga EPC lebih tinggi darihitungan detail. Hitungan harga pekerjaan yang tepat memiliki nilai perbandingan 100% artinya hitungan detail sama dengan RAB EPC. Namun jika dilihat dari sisi owner,  persentase yang nilainya lebih dari 100% berarti pekerjaan tersebut menguntungkan untuk dilakukan, sedangkan jika nilai persentase dibawah 100% yang artinya harga pekerjaan RAB EPC lebih tinggi dari hitungan detail maka owner mengalami kerugian atas pekerjaan tersebut. Pada estimasi konseptual nilai perbandingan harus berkisar antara 75-125% sehingga estimasi RAB EPC ini akurat. 

Contoh perhitungan nilai selisih (Rp) adalah sebagai berikut. Misalkan pada pekerjaan tanah dari harga pekerjaan pada RAB EPC adalah Rp 3.521.361.159 sedangkan setelah dihitung secara detail harga pekerjan tanah adalah Rp 11.460.825. Maka perhitungan selisih (Rp) adalah:

Selisih (Rp) = Rp 11.460.825 - Rp 3.521.361.159 = - (Rp 3.509.900.333)

Jadi selisih antara RAB EPC dengan hitungan detail pada pekerjan tanah adalah Rp 3.509.900.333. Sedangkan nilai perbandingannya adalah 0,33%. Hal ini menunjukkan bahwa harga pekerjaan tanah hitungan detail lebih kecil daripada RAB EPC atau hitungan detail besarnya 0,33% dari RAB EPC. Pada pekerjaan tersebut terdapat perbedaan yang sangat besar, hal ini mengakibatkan kerugian yang besar bagi pihak owner.  

Dari rekapitulasi data, total harga pekerjaan sipil pada RAB EPC adalah Rp 40.014.249.845 sedangkan dari hitungan detail adalah Rp 47.780.373.378. Selisih total pekerjaan dari RAB EPC dan perhitungan detail sebesar Rp 7.766.123.533 sehingga RAB EPC adalah 83,75% hitungan detail yang artinya kontraktor mengalami kerugian yang besar terhadap proyek tersebut.

Setelah dilakukan perhitungan dan perbandingan antara RAB EPC dan perhitungan detail terdapat pekerjaan-pekerjaan yang memiliki nilai selisih (Rp) dan nilai perbandingan (%) yang besar. Pekrjaan yang memiliki perbedaan besar tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 berisi 10 pekerjan dengan selisih (Rp) terbanyak dan Tabel 5 berisi tentang 10 pekerjaan dengan perbandingan (%) terbesar.

Tabel 4 Besar Selisih (Rp) Hitungan Detail dengan EPC


Dari Tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa urutan pekerjaan yang selisih (Rp) terbanyak adalah pekerjaan tanah, pekerjaan bangunan Acc. Pit-rumah pompa, pekerjaan rumah pompa, pekerjaan clarifier dan shelter, pekerjaan bangunan thickener, pekerjaan bangunan sludge dewatering, pekerjaan substation 2, pekerjaan saluran, pekerjaan slude pit from clarifier, dan pekerjaan chemical room. Selisih (Rp) pada pekerjaan tanah dan saluran memiliki nilai negatif, sedangkan untuk pekerjaan yang lain memiliki selisih (Rp) positif. Selisih nilai positif berarti nilai perhitungan detail lebih besar dari pada RAB EPC artinya dalam perkiraan harga proyek EPC oleh kontraktor tersebut terlalu rendah, hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi kontraktor yang menyelenggarakan proyek dan menguntungkan bagi owner karena dengan harga yang lebih rendh dari hitungan detail dapat menghasilkan produk yang sama. Sedangkan jika nilai selisih (Rp) negatif berarti harga pekerjaan pada RAB EPC lebih tinggi dari hitungan detail. Dengan kata lain owner dapat mengalami kerugian dari harga tersebut karena membayar pekerjaan terlalu tinggi untuk hasil yang sama. Misalkan pada pekerjaan tanah, owner menurut perhitungan detail dapat membayar pekerjaan hanya dengan harga Rp 11,460,825 tetapi dalam RAB EPC pekerjaan tanah nilainya Rp 3,521,361,159 berarti owner mengalami kerugian sebesar Rp 3,509,900,333 sedangkan dari segi kontraktor mengalami keuntungan. Selisih (Rp) terbanyak pada tahap Procureement-Construction. Sehingga selisih yang terlalu besar antara RAB EPC dan hitungan detail ini dapat merugikan atau menguntungkan pihak tertentu.

Tabel 5 Besar Persentase (%) Hitungan Detail dengan EPC


Dari Tabel 5, dapat dilihat bahwa urutan pekerjaan yang memiliki nilai perbandingan (%) paling besar adalah pekerjaan pintu, pekerjaan bangunan thinckener, pekerjaan substation 2, pekerjaan slude dewatering, pekerjaan slude pit from clarifier, pekerjaan tanah, pekerjaan salura, pekerjaan Acc. Pit–rumah pompa-Mech. Screen, pekerjaan pagar, dan pekerjaan jembatan penghubung IPA. Nilai perbandingan ini menunjukkan seberapa besar presentase hitungan detail terhadap RAB EPC. Pada pekerjaan tanah, pekerjaan saluran, pekerjaan pagar, dan pekerjaan jembatan penghubung IPA memiliki perbandingan berturut-turut yaitu 0,33% ; 3,10% ; 19,26 ; 40,52, nilai tersebut berarti hitungan detail lebih  kecil dari RAB EPC. Nilai perbandingan (%) yang lebih dari 100 artinya harga pekerjaan hitungan detail lebih besar dari RAB EPC hal ini dapat dilihat dari pekerjaan yang lain. Contohnya pada pekerjaan pintu, harga pekerjan pada RAB EPC adalah Rp 34,948,704 dan setelah dihitung secara detail harga pekerjaan pintu sebesar Rp 298,118,899 berarti nilai hitungan detail 8,53 kali lebih besar dari harga pekerjaan RAB EPC. Sedangkan untuk pekerjaan tanah estimasi detail disbanding RAB EPC adalah 0.33% atau 307,25 kali estimasi detail. Selisih yang besar belum tentu memiliki nilai perbandingan yang besar juga. Estimasi konseptual pada RAB EPC diatas akurat jika memiliki nilai perbandingan antara 75-125%, hal ini menunjukkan bahwa estimasi pada pekerjaan tersebut tidak akurat. Terjadi selisih yang sangat besar pada pekerjaan tersebut, hal ini mengakibatkan owner mengalami kerugian atas pekerjaan tersebut, sedangkan kontraktor mendapatkan keuntungan atas pekerjaan tersebut karena pekerjaan dilapangan volumenya seperti pada hitungan detail. Apabila nilai perbandingan dibawah 100% maka owner mengalami kerugian atas pekerjaan yang telah dibayarkan. Selisih harga yang terjadi pada tiap pekerjaan antara RAB EPC dan hitungan detail mengakibatkan kerugian atau keuntungan pihak tertentu.

6      Kesimpulan dan saran

6.1     Kesimpulan

  1. Pada Rencana Anggaran Biaya (RAB) EPC adalah perhitungan anggaran biaya dilakukan tanpa merinci komponen-komponen pekerjaan secara teliti, pekerjaan masih dihitung secara global misalkan pekerjaan bangunan intake, pekerjaan jalan beton, pekerjaan jembatan, dan lain-lain. Pekerjaan tersebut dihitung dalam satuan lumpsum atau unit.
  2. Perhitungan detail dilakukan dengan merinci komponen-komponen pekerjaan secara detail, kemudian dihitung volume dan harga satuannya dari HSPK Surabaya 2014. Hasil hitungan kembali berdasarkan estimasi detail diperoleh nilai Rp 47.780.373.378.
  3. Pekerjaan yang memilki selisih terbesar terhadap hitungan detail adalah pekerjaan tanah (Rp 3.509.900.333), pekerjan basin Accumulator Pit - rumah pompa - Mechanical Screen (Rp 2.834.860.962), dan pekerjaan rumah pompa (Rp 2.733.087.511). Sedangkan pekerjaan dengan nilai perbandingan terbesar dalam persen adalah pekerjaan pintu (835,02%), pekerjaan bangunan thickener (558,68%), dan pekerjaan substation 2 (542,94%). Perbedaan yang besar pada pekerjaan tersebut menunjukkan bahwa RAB EPC tidak akurat karena keakurasian untuk estimasi konseptual adalah 25%. Dalam hal ini kontraktor mengalami kerugian terhadap pekerjaan yang telah dilakukan karena perkiraan yang dilakukan terlalu jauh dari hitungan detail.

6.2     Saran

  1. Hitungan dengan cara global atau dalam satuan lot dapat memberikan hasil yang sangat tidak akurat sehingga dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar, untuk itu dalam melakukan estimasi RAB EPC sebaiknya mengunakan satuan parametric seperti harga per m2 atau per m3 bisa juga dengan harga satuan.
  2. Penelitian selanjutnya perlu meneliti keakurasian perhitungan RAB pada proyek EPC yang lain. Pada penelitian ini selisih RAB EPC dengan hitungan detail adalah 16,25%. Secara keseluruhan sesuai dengan teori bahwa keakurasian estimasi konseptual adalah 25%, namun pada komponen-komponen pekerjaan perbedaanya mencapai 853,02%.

DAFTAR PUSTAKA

Amos, S. J. 2012. Skills & Knowledge of Cost Engineering: A Continuing Project of the AACE International Education Board (5th ed.). Section 2, Chapter 9. Morgantown, WV: AACE International.
ANSI. 2004. A Guide to the Project Manajement Body of Knowledge, (PMBOK® Guide). Washington D.C.: Project Manajement Institut.
Badan Standardisasi Nasional. 2008. Handbook Standart Nasional Indonesia Analisa Biaya Konstruksi. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Djojowirono, Soegeng. 2005. Manajemen Kosntruski. Yogyakarta: BPTS FT UGM.
Hardianto, Prima Lucky. 2011. Strategi Divisi EPC PT Wijayakarya Tbk dalam Bisnis EPC. Tesis. Yogyakarta: UGM.
Hermanto, Eddy, dan Frida Kistiyani. 2006. Kegagalan Bangunan dari Sisi Industri Konstruksi. Media Komunikasi Teknik Sipil Undip. Vol. 14. No. 1.Ed XXXIV.
LPSE, 2018. Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK). LPSE Pemerintah Kota Surabaya [online] www.2011.surabaya-eproc.or.id [Diakses 20 Maret 2018].
Mukomoko, J. A. 1994. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
PT Wijayakarta Tbk. 2015. Mengevaluasi Kualitas Proyek-Proyek Migas. Jakarta. Edisi 2/2015.
Schexnayder, Clifford J. dan Richard E. Mayo. 2003. Construction Management Fundamentals. New York: Mc Graw Hill Construction.
Schuette, Stephen D dan Roger W. Liska. 1994. Building Construction Estimating. New York: Mc Graw Hill Construction
Soeharto, Iman. 1990. Manajemen Proyek Industri (persiapan, pelaksanaan, pengelolaan). Jakarta: Erlangga.
Yasin, H Nazarkhan. 2006. Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Widiasanti, Irika, dan Lenggogeni. 2013. Manajemen Kosntruksi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Komentar